Hy guysss... Kali ini aku bakalan posting essay tentang Desa Pucung.Essay ini berisi tentang sejarah Desa Pucung, dan kebudayaannya terutama kuda kincak. Baca aja dibawah yaaa. πππ
Essay Desa Pucung
Dahulu kala di sebuah daerah wilayah Gresik tumbuh banyak pohon pucung. Dimana pohon pucung itu ditempati Mbah Gento Suro, yang pada nantinya akan menjadi cikal bakal pemberi nama Desa Pucung. Dahulu di daerah Pucung ini banyak terdapat walang kopok/ walang gumpung yang berkeliaran. Walang-walang ini hinggap di pohon pucung yang ditempati Mbah Gento Suro. Dengan sedikit mengandung mistis Mbah Gento Suro tidak terlihat oleh mata biasa, namun terlihat dengan mata batin.
Berbicara mengenai Gento Suro, Gento merupakan Mando dan Suro merupakan ikan. Jadi dahulu di daerah Pucung ini ada semacam kali atau kedung kali Lamong yang sekarang sudah menjadi persawahan. Suatu ketika ada seseorang yang dalam mimpinya Ia bertemu dengan Mbah Gento Suro, dalam mimpi itu Ia mendapat amanat apabila daerah sekitar pohon pucung yang banyak dihinggapi walang kopok itu kelak menjadi permukiman warga, maka desa itu harus diberi nama Desa Pucung. Dari situlah asal usul Desa Pucung yang semakin berkembang dengan mempertahankan kebudayaan nenek moyang hingga saat ini. Dan Mbah Gento Suro masih tetap dipercaya warga sebagai penjaga Desa Pucung atau Dayang Desa Pucung.
Desa Pucung terdiri dari 4 dusun,yaitu Dusun Pucung, Dusun Kampung, Dusun Tamping dan Dusun Pulorejo. Sekilas tentang Dusun Kampung lebih tepatnya di telaga Kampung yang ada hubungannya dengan Mbah Gento Suro, disitu hingga saat ini masih dijaga oleh hewan naga. Seperti wujud Mbah Gento Suro, hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatnya, namun menurut kepercayaan orang setempat kita tidak boleh mencela warna air dari telaga tersebut jika kita tidak ingin celaka.
Desa Pucung sendiri merupakan desa di wilayah Balongpanggang yang memiliki perekembangan yang baik , mulai dari segi kebudayaan yang khas maupun segi ekonomi dengan adanya home industry. Selain itu Pucung masih mempertahankan adat istiadat leluhur, seperti sedekah bumi diawal musim penghujan. Ada juga sedekah desa untuk negesno desa, ketika hendak memulai kegiatan desa seperti PKK.
Desa Pucung memiliki kebudayaan yang khas, yaitu Kuda Kencak. Kebudayaan ini terlahir sejak zaman nenek moyang. Saat itu belum dibentuk persatuan kuda kencak seperti saat ini. Konon lahirnya kuda kencak atas perintah Mbah Gento Suro dayang Desa Pucung yang memiliki kuda. Secara naluri, kuda itu hanya bisa dilihat oleh manusia tertentu. Suatu hari Mbah Gento Suro menampakkan wujud bersama kudanya tersebut kepada salah satu warga yakni Mbah Safari. Karena memang Mbah Safari Ialah salah satu warga yang bisa berkomunikasi baik dengan Mbah Gento Suro. Dari situ warga Desa Pucung sepakat membentuk persatuan kuda kencak guna menghormati Mbah Gento Suro.
Kuda kencak adalah kesenian yang menggunakan kelincahan seekor kuda yang di hias pakaian khas jawa. Kuda untuk pertunjukan ini bukan sembarang kuda, namun memilih kuda yang dapat menari dengan lincah diiringi alunan musik tradisional, seperti kendang kempul, terbang jidor, tompling. Kebudayaan kuda kencak di Desa Pucung dahulunya menggunakan sistem majikan, dengan maksud kuda yang digunakan untuk ngarak adalah kuda milik seseorang bukan milik organisasi. Sistem itu berlangsung hingga 7 turunan. Kemudian pada tahun 1968 mulai dibentuk organisasi dengan nama Mayang Sari, namun kuda yang digunakan masih menyewa. Tahun 1969 terjadi pemecahan anggota, kemudian tahun 1970 terbentuklah organisasi dengan nama Sekar Manis yang dipimpin oleh Bapak Abdul Rohim.
Tahun 1983 Mbah Safari mencari pinjaman uang untuk membeli kuda yang nantinya uang itu diganti dengan iuran dari para anggota Sekar Manis. Mereka memberikan nama Bejo Untung Sari untuk sang kuda. Bejo yang berarti bejane, Untung berarti menguntungkan, Sari berarti kembang sing mekar. Pemberian nama itu anggota berharap agar kuda tersebut mampu membawa keberuntungan bagi organisasi kuda kencak sekar manis.
Di tahun 1983 itulah asal mula terbentuknya kuda kencak Sekar Manis yang memiliki kuda sendiri. Sedangkan pemberian nama Sekar Manis pada organisasi tersebut, sekar yang memiliki arti kembang dan manis. Diharapkan organisasi tersebut mampu menarik perhatian banyak orang, berkembang pesat, dan berbuah manis untuk ekonomi masyarakat Desa Pucung sebagai desa pewaris kebudayaan leluhur. Sekaligus sebagai kebudayaan untuk menghormati leluhur Desa Pucung. Kuda Kencak Sekar Manis unjuk kebolehannya pertama kali di Lapangan Surojenggolo dalam acara memperingati hari kemerdekaan.. Anggota Kuda Kencak Sekar Manis ini sendiri beranggotakan 30-40 orang, dan 60 orang jika digabungkan dengan pertunjukan reog.
± 29 tahun Kuda Kencak Sekar Manis dipimpin oleh Bapak Abdul Rohim, hingga di tahun 2012 beliau meninggal. Dan pimpinan diambil alih oleh Bapak Tahib sampai sekarang ini. Didalam pertunjukan kuda kencak biasanya terdapat iringan pertujukan reog juga jepaplok. Walaupun ketiga kesenian ini bukan satu persatuan organisasi, karena reog Desa Pucung adalah milik pribadi.
Selain kebudayaan kuda kencak ada kesenian lain yang ada di Desa Pucung, yaitu reog yang dipimpin oleh Bapak Ramelan pemilik Reog Desa Pucung, warga asli Desa Pucung. Selain itu Bapak Ramelan ini juga bergabung dengan Kuda Kencak Sekar Manis sebagai pawang kuda ketika ngarak. Sama seperti Kuda Kencak, reog juga bersifat turun temurun. Reog merupakan kesenian dimana ditampilkan topeng berbentuk kepala singa barong yang ditempeli bulu-bulu merak. Dalam pertunjukkan ini biasanya pemain reog tidak hanya mengandalkan kekuatan manusia semata, konon dibantu dengan kekuatan mistis. Karena berat topeng ini mencapai ±35 kg bahkan ada yang mencapai 60kg. Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa Desa Pucung merupakan desa yang memiliki kebudayaan kental sejak zaman nenek moyang mereka. Karena melestarikan kebudayaan adalah kewajiban bagi setiap orang agar budaya masa lampau tidak hilang seiring berlakunya kebudayaan modern.
Okeh guys.. Itu tadi essay mengenai Desa Pucung yang aku buat dg mencari sumber data bersama Maulidia. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar